PEWARISAN BUDAYA UNTUK MELESTARIKAN JATI DIRI BANGSA
Haii ! Oke, ini bab baru lagi
terkait modernisasi. Kali ini, kita akan membahas pewarisan budaya yang
dibutuhkan untuk melestarikan jati diri bangsa.
Apa sih jati diri bangsa itu? Jati
diri bangsa berarti jati diri yang dipunyai oleh suatu bangsa sebagai
implementasi dari nilai budaya yang berkembang dan berasal dari himpunan
bermacam – macam suku yang ada di Indonesia. Jati diri bangsa juga tidak boleh
dipisahkan dari pancasila yang merupakan landasan idiil bangsa yang digunakan
sebagai sumber hukum yang berlaku di Indonesia. Jati diri khas bangsa Indonesia
itu contohnya religius, terbuka, humanis, nasionalisme dan patriotismenya
tinggi, dan lain – lain.
Nah, itu tadi sedikit tentang jati
diri bangsa. Sekarang, kita kan membahas proses pewarisan budayanya. Budaya
yaitu hal yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, serta kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat.
Bangsa kita ini memiliki berbagai macam budaya yang tak ternilai, baik itu
secara materi maupun nonmateri. Lalu, bagaimana cara untuk mewariskan budaya?
Budaya diwariskan dengan cara
belajar. Proses belajar inilah yang dikenal sebagai proses pewarisan budaya.
Pewarisan budaya dilakukan secara turun-temurun dari generasi sebelumnya ke
generasi sekarang ke generasi selanjutnya. Hal ini bertujuan supaya budaya
dahulu bisa dikembangkan dan disempurnakan lagi jika sudah tidak cocok dengan
keadaan pada zaman itu.
Proses pewarisan budaya dilakukan
melalui beberapa tahap, diantaranya sosialisasi, internalisasi, dan
enkulturasi. Yang pertama, sosialisasi. Sosialisasi itu proses belajar, dimulai
saat pribadi masih anak – anak sampai di masa tuanya belajar pola – pola
tindakan dalam berinteraksi dengan pribadi lain di keluarganya. Setelah itu,
pribadi tersebut mulai berinteraksi dengan orang lain di luar lingkungan
keluarga. Dalam proses sosialisasi, seseorang dapat memahami dan melaksanakan
tindakan social yang sesuai dengan perilaku masyarakat sekitarnya.
Yang kedua, internalisasi.
Internalisasi merupakan proses belajar manusia yang tak akan berhenti sampai
kapanpun. Pribadi tersebut akan terus belajar untuk mengolah segala perasaan
yang kemudian membentuk kepribadian orang tersebut. Dalam proses ini, ada juga
unsur masyarakat yang masuk dan bisa dihayati sehingga akhirnya mendarah daging
dalam perilaku manusia.
Yang terakhir, enkulturasi. Disini pribadi
akan mempelajari dan menyesuaikan perilaku dengan system norma maupun adat
istiadat yang berlaku di masyarakat. Proses enkulturasi berlangsung sejak
kecil, mulai dari lingkungan keluarga ke lingkungan masyarakat. Proses
enkulturasi dimulai dengan meniru tindakan orang lain setelah perasaan dan
nilai budaya yang memberi motivasi terhadap tindakan tersebut sudah
diinternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga hal tersebut menjadi
pola yang mantap. Selanjutnya harus ada pengendalian norma dalam melakukan
berbagai tindakan tersebut.
Proses pewarisan budaya tentunya
membutuhkan sarana maupun media untuk membantu mewujudkannya. Sarana tersebut
dapat berupa keluarga, masyarakat, sekolah, dan media massa. Dalam lingkungan
keluarga, seorang anak mengenal hubungan social serta kedisiplinan untuk
pertama kalinya. Apabila dalam penanaman kedisiplinan, nilai, norma, dan
kebiasaan dasar tidak diajarkan dengan baik karena kesibukan dan lain
sebagainya, maka perkembangan sifat anak akan terganggu. Itulah mengapa peran
keluarga sangat penting dalam proses pewarisan budaya.
Salah satu sarana lain ialah lewat
lingkungan masyarakat. Di lingkungan masyarkat, proses pewarisan budaya
dilakukan dengan cara bersosialisasi. Masyarakat juga adalah wadah budaya
sehingga setiap unsure budaya terletak di lingkungan masyarakat. Masyarakat
satu dengan yang lain tentu tidak sama. Ada hal tertentu yang dilarang oleh
masyarakat ini namun diperbolehkan oleh masyarakat itu. Sehingga hal ini
menunjukkan betapa besar pengaruh pewarisan budaya lewat masyarakat.
Ada juga pewarisan budaya melalui
media massa. Disini, ada dua jenis media massa, yaitu media cetak dan media
elektronik. Proses pewarisan budaya lewat media massa agaknya lebih efisien dan
efektif. Apalagi, sekarang banyak sekali media social yang mudah diakses,
seperti facebook, twitter, path, instagram, dan lain-lain. Selain sebagai
sarana pewarisan budaya, media massa pun berfungsi sebagai sarana hiburan,
komunikasi, maupun informasi. Karena media massa sangat mudah diakses,
pengaruh-pengaruh negatifpun sering muncul akibat media massa tersebut. Masyarakat
yang tidak bisa menyaring infromasi dengan baik akan gampang terkena dampak negative
dari media massa.
Sarana terakhir yaitu sekolah. Di
sekolah, individu dapat berinteraksi dengan teman sebayanya, maupun yang lebih
muda dan lebih tua. Mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, sekolah
telah mengajarkan individu untuk memelihara dan mengelola unsure budaya,
mengembangkan kekuatan pemikiran, mempertinggi budi pekerti, mempertebal
semangat kebangsaan, dan lain sebagainya. Dalam sarana ini, peran guru
sangatlah dibutuhkan untuk memberi pengajaran terkait pola perilaku yang
layaknya dilakukan oleh para siswa. Dengan begitu, sekolah bisa menciptakan
sumber daya manusia yang mempunyai jati diri bangsa yang kuat.
Oke, yang terakhir, pewarisan budaya
juga termasuk salah satu pencegah pudarnya jati diri bangsa. Sekarang, jati
diri khas bangsa perlahan mulai tergantikan oleh jati diri masyaralat dunia
yang belum tentu sesuai dengan norma. Hal ini dapat terjadi karena dampak negative
dari modernisasi. Bangsa Indonesia terkenal dengan toleransinya yang tinggi,
sikap gotong royongnya, keterpeduliannya terhadap orang lain, dan masih banyak
lagi. Jati diri tersebut dapat terkikis dengan mudah dengan sifat-sifat seperti
keegoisan, individualism, apatis, dan lain-lain. Ada beberapa upaya yang dapat
dilakukan apabila ingin jati diri bangsa tetap lestari, antara lain,
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan, tidak bersikap munafik, meningkatkan
solidaritas antar manusia, meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, serta
mengimbangi kemajuan iptek dengan menguatkan iman dan taqwa.
Itu
dulu ya. Babaii! (Belva)